Kenapa Ada Istilah Single, EP, dan LP Ketika Merilis Lagu?
Avedis Mutter
7/15/20253 min read


Kamu pasti udah familiar sama istilah Single, EP, dan LP. Tapi pernah nggak kamu mikir kenapa rilisan musik harus dibagi-bagi kayak gitu? Kenapa nggak semua cukup disebut rilisan atau album aja?
Secara awam mungkin yang kita tau adalah 1 lagu disebut Single, dibawah 5 lagu adalah EP dan lebih dari 5 lagu adalah LP kan?
Tapi ternyata, tiga istilah ini bukan sekadar formalitas. Mereka punya sejarah, konteks, bahkan fungsi yang penting banget buat nentuin cara kamu merilis, mempromosikan, dan membangun audiens.
Bisa dibilang: ngerti bedanya Single, EP, dan LP adalah bagian dari menjadi musisi modern.
Dari Vinyl ke Digital: Kenapa Ada Istilah Single, EP, dan LP?
Sebelum era Spotify bahkan Bandcamp, rilisan musik itu hidup di atas piringan hitam aka vinyl. Dan ternyata, ukuran fisik vinyl itulah yang jadi cikal bakal kenapa rilisan dibagi jadi Single, EP, dan LP.
Single awalnya dibuat untuk satu lagu aja, dirilis di sisi A dari vinyl 7 inci. Kadang ada satu lagu tambahan di sisi B (B side), tapi tetap dianggap satu rilisan utama. Durasi maksimal dari 7 inci adalah sekitar 10 menit di 45 RPM.
EP (Extended Play) muncul sebagai versi nanggung antara single dan album penuh. Biasanya berisi 3–6 lagu, dirilis di vinyl 10 inci, dengan durasi maksimal sekitar 24 menit di 45 RPM.
LP (Long Play) adalah full album, isi lagu bisa 8–12, durasinya lebih dari 30 menit. Dirilis di vinyl 12 inci, dan jadi format paling “serius” dari sebuah rilisan. Durasi maksimalnya bisa 30+ menit di 45 RPM (bahkan lebih lama kalau di 33⅓ RPM).
Walaupun sekarang kita hidup di era digital dan streaming, tiga istilah ini tetap bertahan. Bukan cuma karena kebiasaan orang orang di industrinya, tapi karena memang fungsi dan perannya masih relevan.
Spotify, misalnya, secara resmi menyebut bahwa rilisan berdurasi di bawah 30 menit dan terdiri dari 3–6 lagu akan dikategorikan sebagai EP. Jadi meskipun nggak lagi nyentuh vinyl, Single, EP, dan LP tetap ‘dipakai’, memang bukan pada arti orisinilnya, tapi jadi bagian penting dari strategi rilis dan branding musisi.
Kenapa Format Ini Masih Relevan di Era Streaming?
Di tengah era skip-skipan Spotify dan algoritma TikTok yang cepat dan ngebut ini, kenapa sih kita masih ribet pakai istilah kayak Single, EP, dan LP?
Jawabannya simpel: karena setiap format ini punya fungsi strategis yang berbeda baik secara kreatif maupun marketing.
Single
Ini semacam lempar batu dulu buat cek ombak. Rilisan satu lagu bisa jadi cara paling cepat buat ngukur reaksi pendengar, tanpa harus commit bikin satu EP atau full album.
Ini yang aku dan Strangers lakukan di early days, kami merilis beberapa single sebelum EP :
- Berhala — April 2022
- Gembala — Agustus 2022
- Surai Seraya — Maret 2023EP
Cocok buat ngenalin arah musik baru, kolaborasi, atau konsep yang belum tentu kamu pengen commit jadi full album. Banyak musisi juga pakai EP sebagai ‘pengantar’ sebelum debut LP mereka.
Setelah 3 buah single tersebut, aku dan Strangers merilis EP pada December 2024.LP
Ini biasanya jadi milestone besar. Full album sering kali punya tema, arc, atau vibe yang utuh, dan menandai babak penting dalam perjalanan seorang musisi.
Nggak heran kalau banyak band atau solois besar memulai karier mereka lewat Single dan EP. Karena dua itu fleksibel: cukup buat nunjukin identitas, tapi nggak terlalu berat untuk diproduksi.
Sampe sini mulai setuju kan kalau format tersebut masih layak jadi tools yang powerful untuk strategi rilis musik hari ini?
Kapan Sebaiknya Kamu Rilis Single, EP, atau LP?
Nggak semua rilisan harus jadi LP. Bahkan dari pengalaman pribadiku bareng Strangers dan Aftercoma, pemilihan format rilisan itu sering kali lebih ke soal strategi, bukan ego atau idealisme.
Single cocok dirilis waktu kamu punya satu lagu yang kuat dan langsung “nendang.”
Ini bisa jadi cara tercepat buat narik audiens baru atau ngetes respon pasar. Kadang kami rilis single cuma buat lihat: ini arah musiknya relate nggak, diterima nggak?EP biasanya jadi langkah selanjutnya setelah kamu mulai dapet traction.
Misalnya, satu single sebelumnya dapet feedback bagus, lalu kamu lanjutkan dengan 3–5 lagu lain untuk memperdalam cerita atau tone dari project itu. EP ini semacam mini-statement.LP adalah bentuk karya yang jauh lebih besar dan butuh komitmen lebih.
Kalau kamu udah punya fanbase yang stabil dan punya cerita besar yang mau disampaikan, LP adalah media yang tepat. Tapi siap-siap, ini bukan project yang bisa selesai dalam 1–2 bulan. Produksi, marketing, distribusi, semua harus solid.
Jadi daripada buru-buru pengen bikin album, pikirin dulu: kamu lagi di tahap mana sekarang? Apa tujuan rilis kamu?
Karena kadang satu single tepat waktu bisa jauh lebih powerful daripada satu album yang dirilis asal-asalan.
Clear ya? Single, EP, dan LP bukan batasan kreativitas. Justru mereka membantu kamu menyusun strategi, kapan dan bagaimana sebuah karya dirilis ke publik.
Kalau kamu musisi yang lagi merencanakan rilis, semoga artikel ini membantu kamu memahami landscape-nya. Karena di era serba cepat ini, ngerti apa yang dirilis, kenapa, dan bagaimana itu penting banget.